Rabu, 20 Agustus 2014

Budaya, makanan, dan ciri khas kabupaten Lumajang


Budaya Lumajang


Bismillahirahmanirahim
Lumajang. Siapa sih yang kenal sama lumajang. Wah ini mungkin menjadi kata pedas buat kita semua penduduk Lumajang. Ini adalah bentuk keprihatinan ku terhadap kabupaten tempatku tinggal. Di luar sana Lumajang tidak dipandang apa sebagai kabupaten yang waw. Orang lain di luar sana jarang yang mengetahui pasti tentang Lumajang. Jangankan tentang apa saja yang ada dilumajang, keberadaannya pun masih diragukan oleh sebagian orang. Bahkan kenyataan yang lebih pahit beberapa temanku yang berasal dari luar kabupaten tapi tetap dalam satu provinsi jawa timur tidak mengetahui keberadaan lumajang. Haduh parah banget kan?
Keperihatinanku sangat memuncak ketika tadi aku melihat sendiri seni tari yang khas lumajang. Tetapi aku tidak mengetahui itu. Dan aku yakin bahwa generasi muda lumajang banyak yang belum mengetahui itu. Wah aku jadi malu dengan budayaku sendiri. Kalau seperti ini keadaannya maka lambat laun kebudayaan asli ini akan tergerus jaman dan hilang di telan peradaban. Mau kah kita terjadi seperti itu? Tentu tidak kan?
Kebudayaan Misalnya tari glipang tadi, batik lumajang, dan berbagai icon kabupaten lumajang terkubur dalam dalam dari dunia informasi ini.
Lihat saja kalau bukan kita yang mengatahuinya maka siapa lagi yang mau peduli. Taukah anda bahwa keberadaan kota pisang lumajang masih belum banyak diketahui orang. Malah sebaliknya predikat kabupaten lumajang yang dimanapun terdapat tumbuhan masih belum diakui banyak orang disana karena pisang yang ada di Indonesia ini sangat banyak dan tersebar di semua daerah bahkan di daerah lain. Ini diperparah lagi bahwa produksi pisang lumajang semakin hari semakin merosot ke angka under expectation :(
Miris bukan?
Sudah taukah anda tentang batik lumajang? jika tidak tau jangan mengaku orang lumajang deh. Cintai produk dari kalangan sendiri lah.
Lihat ini dulu.
BeFunky_Summer_4.jpg
Keren kan batik Lumajang?
Silahkan anda datang ke spot batik di Lumajang dan membelinya agar mereka pengrajin batik tetap hidup dan terlestarikan.
Disini aku ingin menekankan bahwa aku ingin dan tersadar untuk melestarikan itu. Dan gerakan ini semoga juga disadari bagi kalangan yang berpikir sepertiku. Aku harap banyak yang peduli. Minimal kalau tidak suka itu melihat agar bagi para penerus kebudayaan tetap ada ranah untuk pertunjukkan dan menghidupkan kebudayaan yang ada.
Aku sempat berbincang bincang dengan para petinggi kebudayaan di lumajang tadi ketika ada acara pagelaran seni. Ini ceritanya.
BeFunky_null_3.jpg
Aku banyak bertanya tentang potensi budaya di lumajang itu seperti apa, langkah bapak untuk melestarikan budaya lumajang, tetang eksistensi tari glipang, tentang semua duni budaya tari yang berhubungan dengan kakakku yang memang lulusan universitas seni di surabaya. Disini semangatku menuncak untuk melakaukan gerakan perubahan yang mampu menjadi contoh bagi orang lain untuk melestarikan budaya ini.
Yuk kita sama sama sebagai warga kabupaten lumajang ikut dalam perlindungan budaya agar tidak di klaim negara lain.
Semoga bermanfaat dan jayalah seni khas lumajang

Keripik Pisang, Lumajang


UD Shabrina yang bergerak di bidang usaha kripik pisang dirintis November 2002 oleh suami istri, Drs. Aminuddin dan Dra. SS Mahendar. Awal merintis kripik pisang dengan memulai memasarkan sendiri di dalam dan luar kota. “Alhamdulillah, kami akhirnya juga bisa ikut pasar lelang di Bank Jatim Surabaya yang diadakan Disperindag, setiap sebulan sekali. Bahkan, kami juga sempat masuk ke Carrefour di Mayjen Sungkono Surabaya. Itulah cikal bakalnya,” cerita Aminuddin, di rumahnya UD Shabrina, Jl. Setail No 20 Lumajang.
DALAM melakukan bisnis kripik pisang, banyak suka duka dialami. Dukanya, dalam melakukan bisnis kripik pisang ini memang tidak langsung mendapat pasar, tapi lebih kurang dua tahun pasar itu baru ada. “Sebelurnnya kita mencari dan mencari pasar. Pokoknya dimulai dari modal kompor dan wajan paling kecil sampai sekarang sudah menggunakan kompor dan wajan yang paling besar.
Termasuk penggunaan teknologi, juga begitu. Kita dari pengalaman teman-teman pertama mencoba tabung butuh seminggu sampai tiga pompa habis. Akhirnya ada saran dari teman yang menggunakan electric pump yang sekali pakai bisa untuk tiga kompor,” cerita Aminuddin. Ketika awal-awal produksi, karyawan yang direkut 12 orang, tapi semuanya berjalan semrawut. Maklum baru pertama kali. Selanjutnya ada proses penyeleksian karena dianggap terlalu banyak, sekarang tinggal 8 orang. Selama 2,5 tahun mereka baru bisa dilepas. Tapi itu pun mereka tidak bekerja setiap hari, seminggu dua kali.

Dikatakan, persaingan kripik pisang di Lumajang itu banyak. Makanya sekali ambil pisang agung sebagai bahan baku berukuran satu pikap, sekitar 115-150 tandan. Kalau awal-awal membuka usaha kripik memang harus mengambil sendiri, tapi sekarang malah ia dikirim. “Ya seminggu sekali, tinggal angkat telepon berapa kebutuhannya langsung dikirim,” papar Aminuddin. Untuk mengiris pisang menjadi pipih seperti bentuk yang diinginkan, Aminuddin semula menggunakan pasrah. Akhirnya ia menemukan alat yang menggunakan teknologi tepat guna, namanya pasrah serbaguna yang didapat dari Magelang. Keunggulan alat ini, kalau dulu sendirian dua jam baru dapat satu bak, kini seperempat jam bisa menghasilkan satu bak, karena alat serbaguna ini menggunakan empat pisau. “Ini lebih efisien! Kalau dulu yang masrah itu empat lima orang, kini cukup dikerjakan satu orang cukup,” kata Aminuddin yang berputra empat ini.
Merk yang dipakai untuk kripik pisang pun tidak susah-susah, cukup menggunakan nama anak pertamanya, Shabrina. Merk ini sejak awal harus diimbangi dengan menciptakan produk yang berbeda dari umumnya.
Misal, sejak awal ia tidak menggunakan bahan pengawet atau pewarna. “Kita hanya memanfaatkan pisang aslinya ya seperti itu, makanya dalam pemilihan bahan baku kita selektif sekali. Makanya kripik pisang bikinan saya bila pakai bungkus plastik yang standar, bisa tahan 6 sampai 8 bulan. Lebih-lebih kalau pembungkusnya alumunium foil, bisa bertahan hingga satu tahun lebih,” ungkapnya.
Soal kebersihan dan keamanan pangan, kripik pisang Shabrina juga mendapat sertifikat bintang dari balai POM empat tahun berturut-turut. Di bidang kualitas, juga pernah ikut lomba UP3HP (Unit Pelayanan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian) Dinas Pertanian Provinsi Jatim mendapat juara pertama (2006). “Satu lagi yang perlu ditonjolkan adalah pengolahan limbah. Boleh dibilang usaha saya itu tanpa limbah. Untuk sisa minyak saya berikan pada tetangga setelah dua kali proses tidak dipakai. Sekali produk, menghabiskan 6 galon. Satu galon bersisi 18 liter. Sedangkan kulit pisang saya berikan pada mereka yang punya peliharaan ternak. Disamping usaha sendiri istri saya juga sering memberi pembinaan pada UKM yang lain,” aku Aminuddin.
Untuk pemasaran, memang pernah dirintis ekspor tapi gagal karena tidak cocok harga. Pernah ditawarkan ke Afrika, dan Saudi Arabia. “Sekarang membidik pasar lokal saja rasanya sudah kewalahan melayaninya antara lain ke Jember, Probolinggo, Surabaya, Jakarta, Kalimantan dan lain-lain. Retur barang pun kadang paling banyak sekitar 5 persen. Itu karena kita memang menyuplai tidak banyak-banyak, saya perkirakan habis terjual,” ucap Aminuddin. Pembinaan, menurutnya, hampir semua lintas instansi melakukannya. Misal, dari segi keamanan dilakukan dinas kesehatan, dari segi pemasaran dilakukan Disperindag, peningkatan kualitas dari dinas pertanian. Namun yang paling aktif adalah Dinas Perdagangan dan Dinas Pertanian. “Kalau Disperindag punya pasar selalu diinformasikan kepada kita, atau dia punya kegiatan pameran kami diikut sertakan dengan mengirim barang,” jelas Mahendar, yang menemani Aminuddin.
Soal modal, ia mengaku mendapat bantuan dana bergulir dari APBD Provinsi Jawa Timur yang disalurkan lewat Bank Jatim dengan bunga 0,6 persen. “Kami dapat pinjaman sebanyak Rp 75 juta. Setelah lunas saya tidak menambah jumlah pinjaman. Maunya usaha tanpa utang gitu lo sehingga kami bisa menikmati hasil usaha. Ya, tapi begitu mau lunas biasanya pihak bank menawarkan pinjaman lagi. Hehehehe … ,” timpal Aminuddin. Nyatanya, usaha yang digeluti Aminuddin bersama istri pun berkembang. Kini, tak hanya kripik pisang dengan tiga rasa tapi sudah merambah pada produk lain seperti kripik nangka, ketela ungu, gadung, pohong, dan rengginang. “Kami juga mengalami panen pasar, misal seminggu sebelum Lebaran dan dua minggu setelah Lebaran. Saat-saat seperti ini kami kewalahan melayani para pembeli, karena jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat lebih.
Kadang-kadang hari ketujuh kehabisan stok, karena pisang sudah tidak ada di Senduro, sudah borong ramai-ramai oleh pengusaha keripik pisang sehingga harga pisang naik. Kalau stok nanggung, seminggu setelah hari raya sudah habis,” papar Aminuddin, asli Palembang. Obsesi Aminuddin, disamping mempertahankan kualitas dan menambah kuantitas, ia ingin punya outlet/showroom. Sementara ini penjualan hasil produksinya dilakukan di rumah dan supermarket-supermarket yang ada di Lumajang.
“Cita-cita mendirikan semacam pabrik memang ada, tapi semuanya kembali ke pasar. Semakin besar pasar, Insya Allah usaha rumahtangga akan bisa menjadi pabrik. Untuk mengembangkan usaha, saya juga sudah berkali-kali mengikuti lelang yang diadakan di Bank Jatim setiap akhir bulan. Hasilnya memang ada bahkan sempat melakukan transaksi di Carrefour, Sinar Supermarket, dan lain-lain,” kisahnya.
Akhirnya suami istri ini, Aminuddin dan SS. Mahindar, punya harapan-harapan ke depan antara lain: 1. Untuk mengangkat UKM di Jawa Timur khususnya, dan Indonesia, harus mencontoh Jepang. Di Jepang setiap kabupaten punya ikon sendiri-sendiri. Misal, Lumajang punya ikon kripik pisang -mungkin tak cuma kripik pisang saja- dibuatkan olutlet di tengah kota. Kalau ada tamu mesti mampir, inilah ikon suatu daerah. 2. Setiap kabupaten bekerjasama dengan LIPI mendirikan Iptek. Silakan yang mengelola pemerintah daerah dan LIPI yang meneliti produk masing-masing daerah. Kalau kualitasnya sudah bagus, dibuatkan outlet. Tidak hanya produk olahan, tapi juga bisa semua produk UKM. 3. Disamping outlet, juga punya pasar wisata yang tradisional. Misal, kalau ada ikon buah disitu, pasar-pasar yang kecil dan punya produk bagus bisa ditaruh di situ. 4. UKM jangan dipersulit mengambil kredit, terutama bunga 0,6%. Bunganya murah, tapi syaratnya banyak sekali. Tolong, persyaratannya lebih dipermudah, yang penting ada ujud usaha. Kalau tidak ada ujud usaha, jangan diberi
sumber /kripik-pisang-lumajang/ 
Gunung Semeru

Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Semeru



Tidak ada komentar:

Posting Komentar